KONSERVASI ARSITEKTUR
MUSEUM BANK MANDIRI
KELOMPOK
1
Dhimas
Wahid Lugyta
Diar
Ramdhan Pradana
Dinanti
Tiasfira
Irfan
Fakhri
Rizky
Juniarto
Rozalia
Mula Putri
UNIVERSITAS
GUNADARMA
TEKNIK SIPIL
DAN PERENCANAAN
TEKNIK
ARSITEKTUR
2017
I
PENDAHULUAN
Konservasi
adalah kegiatan yang berhubungan dengan intervensi fisik terhadap bahan atau
elemen bangunan (bersejarah) yang ada untuk meyakinkan kesinambungan integritas
secara struktural. Tingkatan kegiatan konservasi dapat berkisar dari penanganan
kecil sampai penanganan besar.
Preservasi adalah kegiatan
yang berhubungan secara tidak langsung terhadap pemeliharaan artifak
(peninggalan budaya) pada kondisi fisik yang sama seperti ketika diterima olek
kurator. Tampilan estetiknya tidak boleh ada yang ditambah atau dikurangi.
Intervensi apapun yang perlu untuk mengandakan “preserve” hanya boleh pada permukaan atau pada “kulit‟ saja serta
tidak mencolok.
Kegiatan preservasi dan
konservasi pada bangunan bersejarah maupun pada kawasan/ lingkungan bersejarah
pada dasarnya bukan semata untuk tujuan pelestarian dan mempertahankan bangunan
secara arsitektural semata tetapi juga didalamnya menyangkut nilai-nilai budaya
dalam kehidupan masyarakat luas.
Berangkat dari rangkaian
sejarah bank-bank pendahulu maupun bank-bank merger yang melebur menjadi PT
Bank Mandiri, maka diperlukan upaya untuk menjaga agar rangkaian sejarah
tersebut tidak terputus dan terlupakan begitu saja. Hal ini dilakukan dengan
cara mengabadikan koleksi perkembangan sejarah Bank Mandiri secara utuh.
Diharapkan, paparan sejarah
tersebut akan bermanfaat, tidak saja untuk mengenang kembali nilai-nilai
historis yang terkandung di dalamnya, tetapi juga sebagai pemicu kemajuan dunia
perbankan nasional pada umumnya.
Gagasan tersebut di atas
menjadi pertimbangan Manajemen Bank Mandiri dalam merencanakan sebuah museum
yang menyajikan sejarah perkembangan terbentuknya Bank Mandiri. Lokasi yang
diperuntukan sebagai museum adalah aset gedung di Jalan Lapangan Stasiun Nomor
1 Jakarta-Kota, yang juga merupakan Bangunan Cagar Budaya berdasarkan SK
Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993.
Visi yang diemban oleh Museum
Bank Mandiri adalah menjadi museum perbankan yang berstandar internasional yang
informatif, inspiratif, dan bermanfaat bagi masyarakat. Adapun misinya adalah
mengembangkan Museum Bank Mandiri sebagai pusat dokumentasi sejarah Bank,
sebagai sarana kultural-edukatif dan rekreatif bagi masyarakat, pengelolaan
museum dengan manajemen profesional, turut berpartisipasi dalam revitalisasi
bangunan bersejarah di kawasan “Kota Tua Jakarta” sebagai tempat tujuan wisata,
serta menjalin kerja sama dengan semua pihak dalam rangka pengembangan museum.
Berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta No. 237
tahun 2005, tanggal 19 Desember 2005 Gedung Museum Bank Mandiri mendapatkan
penghargaan ”Sadar Pelestarian Bangunan Cagar Budaya tahun 2005” di wilayah DKI
Jakarta.
II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah
Museum Bank Mandiri yang terletak di
Jalan Lapangan Stasiun Nomor 1 (Stationsplein 1 – Binnen Niuewpoortstraat)
merupakan bangunan peninggalan masa kolonial. Dahulunya berada dalam satu taman
yang menyatu dengan Stasiun Kereta Api Jakarta-Kota atau Beos (Bataviasche
Oosterspoorweg Maatschappij).
(sumber: https://jakartalama.files.wordpress.com/2010/09/mandiri-a1.jpg)
Awal sejarahnya bangunan ini
merupakan Kantor Wilayah Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) di Hindia
Timur yang lebih dikenal dengan nama de Factorij Batavia.
Bangunan ini dirancang oleh arsitek
NHM, J.J.J. de Bruyn bekerja sama dengan arsitek Belanda lainnya, A.P. Smits
dan C. van de Linde yang keduanya bekerja pada biro arsitek Hulswit, Fermont
and Ed. Cuipers.
Gedung berdiri di atas lahan seluas
10.039 M2 ini, diresmikan pada 14 Januari 1933, oleh C.J. Karel van Aalst,
Presiden NHM ke-10. Pemancangan diawali dengan tiang beton bulan Juli 1929 oleh
biro konstruksi NV Nedam (Nederlandse Aanneming Maatshappij).
Arsitektur gedung berlantai empat
seluas 21.509 M2 ini cenderung sederhana, berbentuk simetris dengan keberadaan
taman di tengah gedung, dan main entrance tepat di tengah bagian depan
bangunan. Lantai dasar gedung ini dibuat lebih tinggi dari jalan raya, sehingga
kesan entrance-nya terasa anggun. Lantai lobi, ruang rapat, dan ruang
direksinya memakai bahan mozaik keramik bercampur kaca (glasmozaiek-tegels).
Sedangkan ruangan yang lain memakai tegel ubin (vloertegels) berwarna hitam,
abu-abu dan merah.
Dengan lahirnya Bank Mandiri tanggal
2 Oktober 1998 dan bergabungnya empat bank pemerintah: Bank Ekspor Impor
Indonesia (Bank Exim), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank
Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri, maka gedung warisan
sejarah ini pun beralih menjadi salah satu aset Bank Mandiri.
Batavia
Zuid (Stasiun Jakarta Kota), awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian
ditutup pada tahun 1926 untuk di renovasi menjadi bangunan yang kini ada.
Selama stasiun ini dibangun, seluruh kereta api menggunakan stasiun Batavia
Noord, sekitar 200m dari stasiun Batavia Zuid. Pembangunannya selesai pada 19
Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya
dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur
Jenderal jhr A.C.D de Graeff yang berkuasa pada Hindia-Belanda pada 1926-1931.
2.2 Lokasi
Museum
Bank Mandiri bisa dicapai dengan berbagai cara. Cara termudah adalah
menggunakan bus Transjakarta. Museum Bank Mandiri persis berada di seberang
terminal pemberhentian terakhir bus Transjakarta.Bila menggunakan kereta api,
Museum Bank Mandiri juga berseberangan lokasinya dengan Stasiun Jakarta Kota
atau populer disebut Stasiun Beos.Banyak museum di kawasan ini. Ada juga Museum
Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Keramik, dan
Museum Seni Rupa. Museum-museum ini saling berdekatan letaknya. Jadi
manfaatkanlah waktu Anda sebaik mungkin di kawasan ini.
(sumber: https://jakartalama.files.wordpress.com/2010/09/peta-mandiri-a.jpg)
Sesuai
dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju
kecantikan. Seiring dengan perkembangan zaman, bangunan Stasiun Kota ini
sendiri semakin terusik /
tertutupi dengan kepadatan bangunan di kota Jakarta sebagai dampak dari lajunya
pertumbuhan kota yang kurang terkendali. Belum lagi kondisi bangunannya yang
kurang terawat dengan baik sehingga hanya terlihat sebagai bangunan tua yang
masih layak pakai. Sedangkan jika ditelusuri lebih jauh, bangunan Stasiun Kota
ini sendiri sebenarnya sudah ditetapkan dalam peraturan pemerintah DKI Jakarta
sebagai bangunan cagar budaya yang umumnya bisa digunakan untuk menarik
kunjungan wisata baik dari dalam maupun luar negeri untuk menyimak kembali
bagaimana perjalanan perkembangan kota Jakarta sejak zaman colonial hingga
sekarang ini.
2.3.Fasad
Jika dilihat
dari fasad bangunan secara bentuk bangunan museum bank madiri tidak ada
perubahan namun ada beberapa bagian perubahan yaitu adanya penambahan dan pengurangan. penambahan pada bangunanan
museum ini terdapat pada bagian kolom yaitu, adanya pot – pot tanaman pada
bagian sisi kolom. Sedangkan untuk bagian yang hilang adalah tulisan
“nederlandsche handel maatschappij nv”
jika dilihat foto dulunya nama
tersebut etrdapat pada bagian atas depan
bangunan dan menjadi nama bangunan tersebut. sedangkang untuk yang sekarang
nama tersebut menghilang menjadi museum mandiri. Untuk elevation pada bangunan
ini baik dulu maupun sekarang tetap sama. Selain itu baik jumlah jendela bentuk
dan ornamen jika di bandingkan maka hal tersebut tetap sama dengan masa
kolonial dulu.
Sebelum
|
Sesudah
|
http://haresnanda31.blogspot.co.id/2016/06/konservasi-arsitektur-studi-kawasan.html?m=1
|
Data
Lapangan
|
http://haresnanda31.blogspot.co.id/2016/06/konservasi-arsitektur-studi-kawasan.html?m=1
|
Data
Lapangan
|
http://haresnanda31.blogspot.co.id/2016/06/konservasi-arsitektur-studi-kawasan.html?m=1
|
Data Lapangan
|
2.4 Fungsi Ruang
Jika
dilihat dari denah bangunan dahulu dan sekarang masih sama namun bedanya kalau
bangunan dahulu ruang ruang pada tiap bangunan digunakan untuk kegiatan
berbankan secara nyata, sedangkan untuk sekarang ruang tersebut tetap ada yang
digunakan untuk kegiatan berbangkan dan ada juga digunakan untuk pameran museum
yang nuansa ruang tersebut tetap terlihat dengan adanya biorama patung patung
museum yang sedang melakukan aktivitas berbangkan. Serta adanya penambahan
fungsi ruang yang baru.
a. Di lantai basement, pengunjung dapat melihat
berbagai macam Brandkast untuk tempat penyimpanan uang, emas batangan, safe
deposit box dan surat berharga.
b. Di
lantai dasar, pengunjung dapat melihat suasana ruang Kasir Cina dan operasional
bank pada masa itu yang dilengkapi oleh manekin (boneka sebesar ukuran manusia)
untuk lebih memahami perbankan tempoe doeloe. Di lantai dasar ini, juga
terdapat berbagai mesin hitung, alat tulis, surat deposito, buku kas besar, ATM
(Anjungan Tunai Mandiri) dan benda-benda perbankan dari masa ke masa.
c. Di lantai atas terdapat ruang rapat dan ruang
direksi yang dalam kondisi terawat dan bersih. Ketika anda menaiki tangga, anda
akan melihat kaca mozaik yang sangat indah dalam menghiasi interior gedung.
d. Untuk lantai paling atas, saat ini digunakan
sebagai tempat penyimpanan properti Bank Mandiri dan ruang pamer temporer (art
center) yang tertutup untuk umum.
III
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan analisis dari data-data dan
teori yang ada, kami menyimpulkan bahwa di dalam pelaksanaan konservasi Museum Bank Mandiri ini sangat
mempertahankan fasad dan
kolom yang ada sejak dahulu, hal ini dapat dibuktikan dari fasar bangunannya yang tidak berubah . Secara
arsitektur juga baik konsep, interior maupun eksterior tetap terjaga sebagai
mana aslinya.
IV
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar